Membahas mengenai cincin Nabi Muhammad, sejak zaman dahulu orang-orang sudah mulai menggunakan cincin. Cincin tidak hanya dipakai oleh perempuan, laki-laki pun boleh memakai cincin.
Cincin biasanya terbuat dari emas dan perak. Namun banyak juga cincin dari tembaga, kuningan dan perunggu. Bahkan cincin juga terbuat dari plastik dan kayu juga ada. Berbagai variasi bentuk cincin banyak tersedia di toko-toko perhiasan.
Nabi Muhammad SAW pun mengenakan cincin semasa hidupnya. Berikut ini seputar sejarah cincin Nabi Muhammad yang perlu diketahui.
Sejarah Cincin Nabi Muhammad SAW
Cincin Rasulullah, hal itu tercatat dalam kitab asy-Syama-il al-Muhammadiyah karya at-Turmudzi. Di dalamnya terdapat beberapa riwayat yang menyebutkan mengenai cincin Rasulullah. Dapat kita ketahui bahwa beliau memakai cincin pada masa-masa akhir kehidupannya. Ada yang menyebutkan setelah hijrah ke Madinah sekitar abad ke-6 Masehi.
Empat belas abad lalu Baginda memakai cincin namun bukan sebagai perhiasan. Melainkan cincin tersebut berfungsi sebagai stempel surat. Karena pada masa itu para penguasa tidak mau menerima surat tanpa stempel. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa kaum ajam tidak mau menerima surat kecuali diberi stempel.
Maka dari itu ketika Rasulullah hendak menulis surat seruan dakwah kepada kaum ajam, beliau membuat cincin yang berfungsi untuk menstempel surat tersebut. Ibnu Umar radhiyallahu anhuma menceritakan “Nabi SAW menggunakan cincin perak dan beliau gunakan untuk menstempel suratnya” (HR. Ahmad 5366, Nasai 5292, dan sanadnya dinilai shahih oleh Syuaib al-Amauth).
Dalam riwayat lain Nabi SAW juga hendak menulis surat ke Kisra (Persi), Kaisar (Romawi), dan Najasyi (Ethiopia). Lalu ada yang mengatakan mereka tidak mau menerima surat, kecuali jika ada stempelnya. Bagian yang dipakai untuk stempel adalah mata cincinnya.
Ciri-ciri Cincin Nabi Muhammad
Ciri-ciri cincin Rasulullah terdapat lafadz “Muhammad” dalam satu baris, “Rasul” pada baris selanjutnya, dan “Allah” pada baris berikutnya, seperti yang dikatakan Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu. Lafadz Allah terukir di bagian paling atas untuk mengagungkan namanya.
Cincin Rasulullah bukan terbuat dari emas melainkan perak. Sedangkan mata cincinnya dari habasyah. Dari Anas bin Malik radiallahu anhu, beliau menceritakan, “cincin Nabi SAW terbuat dari perak dan mata cincinnya berasal dari Habasyah” (HR. Muslim 2094, Turmudzi 1739). Hadits ini menunjukkan bahwa boleh menggunakan perak bagi laki-laki.
Pada hadis lain, Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan, “cincin Nabi SAW dari perak dan mata cincinnya juga dari perak” (HR. Bukhari 5870). Nabi selalu berhati-hati memakai cincinnya. Apabila memasuki kamar mandi beliau melepas cincinnya. Beliau melakukan itu dalam rangka mengagungkan asma Allah dan Rasul-Nya yang terukir dalam cincin tersebut.
Dalam sebuah riwayat, Rasulullah mengenakan cincin di tangan kanannya. Riwayat tersebut disampaikan Ali bin Abi Thalib dalam HR. At-Tirmidzi. Namun dalam keterangan lain juga disebutkan bahwa Rasulullah SAW menggunakan cincin di jari kelingking. Sedangkan cucu Rasulullah Hasan dan Husain kedua duanya mengenakan cincin di tangan kiri. Melihat berbagai riwayat dapat disimpulkan bbahwa memakai cincin di jari kiri maupun kanan diperbolehkan.
Selepas wafatnya Rasulullah cincin tersebut kemudian dibawa oleh Abu Bakar. Setelah Abu Bakar wafat, dibawa oleh Umar, selanjutnya oleh Utsman bin Affan. Hingga terakhir cinncin tersebut jatuh di sumur aris. Sumur Aris terletak di sebuah taman dekat dengan Masjid Quba’. Utsman dan beberapa sahabat sudah berusaha mencari cincin selama tiga hari, namun tidak berhasil ditemukan.
Prinsip dalam Memakai Cincin
Cincin biasanya digunakan sebagai perhiasan dan mas kawin. Banyak kita lihat laki-laki maupun perempuan sama-sama menggunakan perhiasan berupa cincin. Seperti uraian sebelumnya, Rasulullah pun mengenakan cincin. Namun beberapa hal yang perlu kita perhatikan ketika menggunakan perhiasan.
1. Tidak Mengandung Unsur Syirik
Salah satu hal prinsip yang perlu diperhatikan bahwa cincin yang dipakai tidak memiliki kekuatan yang dapat mendatangkan tolak bala. Cincin yang dipakai cukuplah sebagai perhiasan. Karena keyakinan bahwa sebuah cincin memiliki kekuatan hal ini dapat menjerumuskan pemakainya dalam kesyirikan. Dalam QS. An-Nisa: 48 dijelaskan, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendakinya.”
2. Memilih Jenis Cincin
Biasanya cincin dibuat dengan macam-macam logam. Namun terkhusus laki-laki muslim tidak diperbolehkan menggunakan cincin dari emas. Sedangkan bagi perempuan, baik emas maupun perak tetap diperbolehkan.
Dan yang terpenting cincin diperbolehkan bagi laki-laki asal tidak ada unsur membanggakan diri. Karena emas dilarang digunakan sebagai cincin untuk laki-laki muslim, itulah mengapa perlu dilakukan pemilihan bahan logam cincin selain emas.
Tembaga bisa menjadi alternatif untuk perhiasan. Harganya pun cukup terjangkau di pasaran. Berdasarkan sejarah, zaman tembaga sempat merambah ke Indonesia. Saat ini di Indonesia kerajinan tembaga maupun kuningan menjadi komoditi yang berharga.
Kelebihan tembaga karena warnanya yang merah kecoklatan. Warnanya terlihat unik. Selain banyak diminati untuk interior rumah, tembaga ini juga cocok dijadikan perhiasan seperti bandul kalung bahkan dibuat cincin. Anda juga bisa custom kerajian tembaga lainnya sesuai keinginan.
Sedangkan perhiasan atau cincin dari kuningan juga memiliki keunggulan yakni tidak bisa berkarat. Jenis perhiasan kuningan dapat menonjolkan kesan etnik dalam penampilan Anda. Tips merawat perhiasan kuningan yaitu dengan mengelap perhiasan sampai kering jika terkena air. Dengan begitu perhiasan kuningan aman dari tempelan debu dan kotoran.
Itulah seputar cincin Nabi Muhammad mulai dari sejarah, fungsi cincin, dan jenis cincin yang dapat menjadi pilihan. Semoga artikel ini dapat membuka wawasan seputar cincin Rasulullah dan bahan dasar cincin yang dapat kita pilih.