Jam dinding tembaga adalah salah satu produk kerajinan yang juga laku di pasaran. Apa keunikannya sehingga menjadi minat pelanggan di sentra kerajinan tembaga Cepogo, Boyolali? Sebelum Anda juga tertarik untuk membelinya, tidak ada salahnya untuk mencari berbagai informasi seputar jam dinding tembaga ini.
Pengrajin kerajinan tembaga di Cepogo memang sudah dikenal di Indonesia. Berbagai produk kerajinan tembaga seperti replika pintu nabawi, kubah masjid, lampu gantung, hiasan interior dinding rumah dan bangunan bahkan monumen semuanya dibuat dari logam tembaga oleh pengrajin dari salah satu desa di Boyolali ini.
Sejarah yang panjang sehingga menjadi legenda menjadikan para pelanggan produk kerajinan tembaga terus berdatangan. Salah satu produk yang dipesan adalah jam dinding tembaga. Bagaimana keunikan jam dinding tembaga ala pengrajin kerajinan tembaga di Cepogo? Simak berbagai informasi menariknya berikut ini.
Sejarah Jam
Jam dinding atau jam jenis lainnya yang sering kita gunakan saat ini sebenarnya tidak sesimpel yang kita bayangkan. Dalam sejarah peradaban manusia, alat penghitung waktu adalah salah satu penemuan besar yang bisa merubah kondisi peradaban. Sebelum keberadaan jam yang kita kenal sekarang, terdapat beberapa benda penghitung waktu yang juga sudah ada bahkan pada masa tahun-tahun sebelum masehi.
Pada sekitar tahun 147-127 SM, seorang ahli astronomi Yunani bernama Hipparchus menyarankan agar banyaknya jam dalam satu hari dibuat tetap saja yaitu sebanyak 24 jam, disebut dengan sistem waktu equinoctial. Namun program tersebut baru diterima secara luas pada era ke-14 di Eropa saat ditemukannya jam mekanik.
Eratosthenes yang hidup pada 276-194 SM, seorang ahli astronomi Yunani lainnya membagi sebuah lingkaran sebagai 60 bagian untuk membuat sistem geografis latitude. Teknik itu didasarkan atas sistem berbasis 60 yang digunakan oleh orang-orang Babilonia yang berdiam di Mesopotamia, yang jika ditilik lebih jauh diturunkan dari sistim yang dimanfaatkan oleh peradaban Sumeria sekitar 2000 SM. Tidak diketahui dengan tentu mengapa menggunakan sistem bilangan berbasis 60, namun satu dugaan mengatakan kepada kemudahan perhitungan maka angka 60 adalah angka terkecil yang dapat dibagi habis oleh 10, 12, 15, 20 dan 30.
Itu baru masalah perhitungan jam, menit dan detik. Masih ada sejarah menarik tentang bagaimana akhirnya jam sebagai alat penghitung waktu diketemukan. Mulai dari obelisk, jam pasir, jam berbasis matahari hingga jam mekanik serta jam digital yang paling banyak digunakan sekarang.
Obelisk adalah monumen ramping, mempunyai empat sisi, meruncing yang bayang-bayangnya jatuh dipasir dan menunjukkan waktu yang berlalu. Obelisk ini diketemukan oleh peradaban Mesir pada 3500 SM. Pada waktu yang kira-kira besamaan jam matahari juga dipergunakan.
Jam matahari terdiri dari lempengan bulat dengan tonjolan miring dari pusatnya. Ketika matahari bergerak, bayangan yang jatuh dilempengan itu akan menunjukkan waktu. Jam matahari, tentu saja masih dipakai, sehingga pada tahun 1500 SM orang Mesir menciptakan jam matahari pertama yang mudah dibawa. Benda ini disinyalir menjadi awal mula dari arloji.
Jam air adalah cara lain orang dari peradaban kuno menandai waktu yang berlalu. Jam ini bekerja dengan tetesan air yang jatuh kedalam wadah, yang perlahan-lahan menaikkan pelampung yang ada didalam wadah, kemudian memutar penunjuk untuk menunjukkan waktu. Jam air paling tua yang diketahui ditemukan dalam kuburan Amenhotep I.
Jam air paling canggih pertama kali ditemukan di zaman kejayaan Islam yang dibuat oleh Al-Jaziri pada tahun 1136 – 1206 M yang berbentuk gajah dan bisa menghasilkan suara di tiap jam. Jam astronomi terbesar yang dibuat Al-Jazari disebut Castle Clock, yang dianggap menjadi analog komputer terprogram pertama.
Di masa setelahnya sebelum abad ke-19 diketemukan jam mekanik. Namun tidak diketahui secara jelas bagaimana jam mekanik dibuat dan siapa penemunya pertama kali. Hanya saja banyak penanda waktu yang menggunakan mesin dan lonceng sebagai alarmnya pada tahun 1500 M oleh orang-orang Inggris.
Pada tahun 1929 mulai diterapkan kristal quartz pada alat pengukur waktu/jam. Jam digital/elektrik pertama kali dibuat oleh perusahaan The Hamilton Watch Co of Lancaster, Pennsylvania sekitar tahun 1950. Setelah itu, mulailah bermunculan beberapa merk dan model jam tangan hingga saat ini.
Jam Dinding Tembaga
Setelah melihat sejarah panjang perjalanan perhitungan waktu hingga ditemukannya jam sebagaimana sekarang ini, jam dinding tembaga menjadi salah satu pilihan yang menarik. Rancangan para pengrajin tembaga sebenarnya bisa menyesuaikan permintaan pembeli. Namun yang sudah-sudah adalah rancangan jam dinding yang terlihat klasih dan minimalis.
Rancangan jam dinding bisa dicustom menurut minat pelanggan. Yang menonjol adalah warna logam tembaga yang coklat kemerahan yang berbeda dibandingkan logam lainnya. Selain itu, bahan tembaga pada jam juga disinyalir menjadikan bahannya dapat bertahan lebih lama dibandingkan bahan logam lainnya.
Untuk Anda yang menginginkan jam dinding tembaga, Anda bisa menghubungi Copper Leluhur. Dengan pengalaman menerima berbagai pesanan, bukan hanya jam dinding namun juga replika pintu nabawi, kubah masjid, lampu gantung kuningan dan berbagai produk kerajinan tembaga lainnya, dapat dipastikan pelanggan tidak akan kecewa.
Itu dia berbagai informasi seputar jam dinding yaitu sejarah perhitungan waktu dan bagaimana jam ditemukan hingga jam dinding tembaga yang dapat dipesan di pengrajin kerajinan tembaga Cepogo, Boyolali. Semoga bisa memberikan wawasan yang menarik serta bermanfaat untuk Anda. Simak terus berbagai ulasan produk kerajinan tembaga lainnya di halaman copperleluhur.com.