Selain replika pintu masjid nabawi yang banyak di pesan, pelanggan dari beberapa tempat di Indonesia juga menyukai replika lampu nabawi. Replika lampu masjid nabawi adalah lampu gantung yang terdapat di Masjid Nabawi yang terdapat di Madinah, Arab Saudi. Mengapa replika lampu nabawi ini disukai?
Berbagai inspirasi memang kadang terdapat banyak di luar sana. Hiasan logam tembaga dan kuningan yang banyak terdapat pada tempat-tempat monumental salah satunya di Masjid Nabawi juga sering menjadi pesanan pada pengrajin kerajinan tembaga dan kuningan yang berada di Cepogo, Boyolali. Salah satunya adalah copper leluhur.
Masjid Nabawi
Masjid Nabawi dikenal sebagai masjid Nabi Muhammad SAW. Masjid ini dibangun oleh Rasulullah SAW saat di Madinah sebagai pusat Islam pada masa itu. Hingga sekarang, masjid ini menjadi salah satu tujuan diantara Masjidil Haram di Makkah dan Masjidil Aqsha di Palestina.
Keberadaan masjid nabawi bukan hanya dirindukan oleh karena bangunan masjid termasuk pintu masjid nabawi yang khas ornamennya. Namun juga oleh karena keberadaan makam baginda Nabiyullah Muhammad SAW di dalamnya. Bahkan bangunan masjid yang diperluas menjadikan rumah Rasulullah SAW menjadi bagian dalam Masjid Nabawi.
Kecintaan terhadap masjid nabawi ini juga muncul karena menurut hadits shahih, satu kali salat di Masjidil Haram sama dengan 100.000 kali salat di masjid-masjid lain, kecuali Masjid Nabawi dan Masjidil Aqsha. Satu kali salat di Masjid Nabawi sama dengan 1.000 kali salat di masjid-masjid lain, kecuali Masjidil Haram dan Masjidil Aqsha. Adapun satu kali salat di Masjidil Aqsha sama dengan 250 kali salat di masjid-masjid lain, kecuali Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Bisa jadi umat muslim yang masih merindukan berada di Masjid Nabawi ini mengidamkan salah satu ornamen untuk mengingatkannya tentang masjid nabawi. Maka, salah satu bagiannya yaitu lampu gantungnya. Nah, apa saja daya tarik dari lampu gantung di Masjid Nabawi?
Lampu Gantung yang Unik
Lampung Gantung yang dibuat pada plat logam sebenarnya terinspirasi dari kebudayaan masa lampau. Kita pasti pernah melihat lentera, lampion dan lainnya yang sejenis yang sudah digunakan sejak masa lampau. Bagaimana sejarah manusia menggunakan lampu semacam ini?
Dalam sejarah, lampu memang sudah digunakan bahkan mulai dari Zaman Batu. Tentu saja produknya berbeda dengan lampu yang ada sekarang. Lampu yang esensinya merupakan penerangan pada suatu tempat sudah digunakan pada zaman batu di gua sebagai penerangan di malam hari. Waktu itu, manusia memanfaatkan lemak dan meletakkannya pada batu yang bercelah sehingga memancarkan sinar yang menjadi penerangnya.
Di masa selanjutnya kita melihat penerang ini berevolusi menjadi lilin. Sebagaimana penggunaan lemak, lilin memang awalanya merupakan lemak yang dibekukan kemudian saat dibakar akan menyulut api dan lama kelamaan meleleh habis. Lilin digunakan dalam waktu yang lama oleh manusia hingga kemudian diletakkan didalam tempat yang disebut lampion. Lampion ini ada yang digantung sebagai penerang di sebuah tempat, ada juga yang dibawa untuk penerangan saat berjalan di malam hari.
Secara tradisional banyak bahan yang digunakan untuk lampu, seperti lilin yang terbuat dari sari lebah (madu), lentera minyak zaitun dan minyak lainnya biasanya yang dibakar dalam sebuah piring untuk membentuk cahaya portabel. Cahaya portabel digunakan untuk dibawa apabila berjalan pada malam hari sebagaimana penggunaan senter di masa sekarang.
Di masa selanjutnya sekitar tahun 1800-an, ditemukan lampu berbahan bakar gas. Dengan bahan bakar ini, hasil dari pembakarannya lebih terang untuk dijadikan lampu serta bertahan lebih lama dibandingkan lilin atau lampu berbahan bakar minyak. Pada masa peperangan, lampu berbahan gas ini dimanfaatkan para perawat tentara yang terluka di malam hari.
Selanjutnya pada sekitar abad ke-19 yaitu pada tahun 1900-an, baru ditemukan lampu listrik. Inilah penemuan dari lampu yang paling mutakhir untuk digunakan manusia. Lampu listrik ini dapat dipasang di rumah, dijalan-jalan dan masih digunakan sebagai penerang hingga kini.
Replika Lampu Gantung Nabawi
Replika lampu nabawi terinspirasi dari berbagai orname yang terdapat di Masjid Nabawi. Replika lampu nabawi ini dibuat dari bahan baku kuningan serta ditopang dengan rangka besi didalamnya. Jadi lampu gantung ini dijamin sangat kokoh.
Pada bagian kap lampunya digunakan resin putih yang halus serta dipadu padankan dengan bohlam LED. Hal ini akan menjadikan cahaya lampu gantung ini penyebarannya lebih merata dan terkesan lembut. Sedangkan untuk ukuran serta jumlah tangkai lampu dapat disesuaikan dengan ruangan yang tersedia. Umumnya berdiameter 1 sampai dengan 6 meter.
Salah satu yang khas dari replika pintu masjid nabawi ini adalah keberadaan kaligrafi pada bagian rangkanya. Para pengrajin logam tembaga dan kuningan dapat membuatnya sesuai dengan desain aslinya dengan teknik memahat tulisan kaligrafi indah. Selain itu, warna logam kuningan dapat ditonjolkan dengan warna mengkilap sehingga seolah membuat ruangan lebih bercahaya saat digunakan.
Itu dia salah satu produk kerajinan tembaga dan kuningan yang terdapat di copper leluhur, yaitu replika lampu nabawi. Selain replika lampu nabawi, terdapat juga berbagai produk lampu gantung hias yang dapat Anda pesan pada pengrajin kerajinan tembaga dan kuningan. Untuk produk hiasan dan rumah tangga lainnya juga tersedia seperti penghangat makanan (chaffing dish) tembaga, air mancur, kubah masjid, ornamen dinding dan lainnya. Simak terus berbagai ulasan menarik seputar produk logam tembaga dan kuningan di halaman copperleluhur.com.